Senin, 04 Juni 2018

Mengingat Kenangan, buku Seribu Tahun Mencintaimu



Saya belum pernah bertatap muka dengan Nikotopia. Kesempatan itu sama sekali tidak hadir dalam kehidupan saya terlebih ketika akhirnya kabar itu saya baca di beranda teman-teman, Nikotopia meninggal dunia. Dan menulis ini dalam rangka mengingat kembali apa yang telah dilakukan oleh mas Niko dan kebaikan teman, Impian Nopitasari untuk memberikan saya buku pertama dan terakhir Nikotopia yang saya punyai, Seribu Tahun Mencintaimu.
Perkenalan itu melalui jagad maya. Karena tulisan, saya berkenalan dengan mas Niko. Melalui Impian, saya menjadi 'agak' lebih dekat dengannya. Lewat dua tulisannya di buku Seribu Tahun Mencintaimu berjudul Seribu Tahun Mencintaimu dan Boneka Kelinci Yang Menanti Keajaiban di Sudut Etalase, saya baru lebih mengerti kalau mas Niko benar-benar menghargai hidup.
Percakapan kami yang terakhir via DM Twitter memberikan saya sebuah wejangan kalau beliau menyemengati saya untuk tetap menulis dan sedikit trik untuk bertahan di dunia tulisan. Setelah kehilangan kontak yang lumayan lama dan kabar mengejutkan itu, buku Seribu Tahun Mencintaimu itu kini berada berjejer di rak buku saya. Berdebu dan akan terus menyimpan kenangan.
Impian memberi tahu bahwa dia punya beberapa eksemplar buku ini dan berniat memberikannya kepada teman-teman mas Niko. Saya menjadi terpilih dan keanehan itu mewujud dalam buku yang diberikan. Ketika saya menerima buku ini, saya tidak berani membuka atau membacanya sebab ingatan percakapan dan kebaikan tulisan yang pernah disampaikan oleh mas Niko masih bergema. Saya tidak ingin kehilangan gemanya dan juga jika buku itu saya baca begitu saja akan memberikan saya sebuah ingatan yang menyesakkan. Butuh waktu untuk berani membaca tulisan mas Niko terlebih, ketika saya membaca kuot berserta tanda tangan mas Niko di halaman pertama.

Ketika saya memberitahukan Impian tentang tulisan dan tanda tangan mas Niko ini, dia terkejut sebab dia merasa tidak "berniat" memberikan saya buku yang ada tanda tangannya. Dia hanya berencana memberikan saya buku itu saja. Lantas kenapa tanda tangan dan kutipan itu kini menjadi salah satu koleksi buku saya yang berharga tetap jadi misteri. Dan Impian tetap tidak tahu mengapa dia mengirim buku itu dan bagaimana bisa buku itu berada di tangan saya.
Mungkin mas Niko ingin menyampaikan kepada saya tentang jawaban semua masalah yang pernah saya ceritakan ke dia. Lewat dua tulisannya juga, dia seolah berkata bahwa hidup itu tetap harus dinikmati. Berbuat baik kepada sesama dan ... kata-kata sepele seperti ini saja benar-benar tak bisa saya tuliskan dengan benar sebab mungkin sekarang mas Niko tahu kalau saya sedang benar-benar sedang tidak menikmatinya.
Saya mengakhiri bacaan dan tulisan pendek ini lalu menghantarkannya menjadi doa. Semoga mas Niko sudah memeluk damai dan cinta yang meluap lebih dari yang mas Niko rasakan di dunia. Buku dan tulisan mas Niko tetap akan menjadi pengingat kenangan bahwa saya pernah belum pernah berjumpa dengan mas Niko meski di pusaranya saja. Buku yang akan jadi pengingat kenangan kalau ada orang baik di sekitar saya. Yang setidaknya peduli dan mendoakan saya.
Selamat jalan mas Niko. Tulisanmu tetap akan abadi di pikiran pembacamu. Semoga pembaca tulisan dan penikmat karyamu membagikannya ke orang lain seperti yang sedang kulakukan saat ini.
Terima kasih.