Alasan Timnas Indonesia Harus Tidak Menang di
Piala Suzuki AFF 2016
Gegap gempita dunia sepak bola Indonesia memang
harus segera dibekukan selama mungkin. Carut marut dan kejadian memalukan
seperti penginjakan wasit yang hanya diberikan hukuman selama 2 tahun terlalu
menyatakan orang Indonesia murah hatinya. Selama dijadwalkan bahwa mereka akan
berbenah, masalah dari masa lalu kemudian muncul lagi. Pemimpin yang dicalonkan
tak sesuai dengan kriteria, klub sepak bola yang masa lalu berjaya tak bisa
difungsikan lagi, telenovela 90an ditayangkan kembali; contoh-contoh semacam ini
bisa sejenak dilupakan karena mereka punya antidote bernama timnas.
Dari awal, timnas ini sudah tidak lagi
dijagokan di ajang AFF 2016. Apalagi setelah pertandingan pertama mereka kalah
dengan memuaskan kenapa bisa dengan kondisi seperti ini mereka berhak tampil di
final? Sungguh tidak layak jika di final nanti mereka menang karena faktor
keberuntungan. Timnas Indonesia yang berlaga di piala AFF memang harus tidak
boleh menang!
Berikut alasan kenapa mereka tidak boleh
menang:
- · Pola tingkah masyarakat.
Masyarakat sedang dipaksa untuk menengok ke
ibukota karena seakan hidup ratusan juta warga lainnya ditentukan oleh sejumput
orang di sana. Isu-isu berkembang, mengiris sebagian kesadaran sehingga ketika
timnas main, mereka dikaburkan oleh hiperrealitas semu disajikan selama 90
menit waktu normal. Mereka menurunkan semuanya lalu berfokus untuk menang, dan
harapan itu membesar ketika mereka mendapati final sudah diraih.
Harapan-harapan yang dipompa akan kempes jika di final mereka kalah--di mana
itu bagus, dan meledak jika menang--di mana itu membahayakan. Kenapa
membahayakan? Pola tingkah masyarakat dunia ketiga ini bisa diprediksi kalau
mereka gampang sekali mengalami gejolak batin dan kecenderungan untuk meyakiti
sesama lebih besar ukurannya daripada tahu bulat yang dijual lima ratusan.
Mereka butuh distraksi, butuh anestesi di mana dalam dosis berlebih,
dunia-dunia delusi yang mereka ciptakan jauh lebih besar dari semesta yang Neil
deGrasse Tyson kagumi. Gejolak-gejolak menuju ke masyarakat delusional ini sudah
tercegah ketika timnas kalah di ajang yang sama. Tahun ini efeknya jauh lebih
besar jika timnas menang.
- · Menyinggung 7 dosa besar.
Namanya dosa sudah pasti tidak baik ketika
kelak kita percaya bahwa ada kehidupan setelah kematian karena kita menanggung dosa
itu disebuah utopia yang menyiksa. Mayoritas negara ini lebih percaya hal
tersebut dibanding percaya kalau bumi itu datar. Saya bukan orang yang suci dan
kalian orang yang berdosa sehingga harus menuliskan tentang hal ini, hanya saja
percayalah dosa bernama kesombongan itu akan terus ada seperti luka yang
ditimbulkan silet karena kita sering membersihkan bulu ketiak.
·
Politik praktis.
Konspirasi yang saya temukan, jika di final AFF
beberapa tahun lalu, timnas juga digunakan sebagai ajang politik. Sehingga
ketika ajang belum selesai, fokus mereka terbelah ketika harus menerima tawaran
para pejabat dan tidak fokus untuk menang. Ini jelas membuktikan bahwa pejabat
tersebut berbuat kebaikan. Apalagi ketika PSSI kala itu ditukangi oleh para
pejabat dan terjadi dualisme mirip henpon cina, FIFA turun tangan sehingga PSSI
tidak bisa aktif lagi walau masih ada liga-liga dari sponsor kopi muncul. Liga
tidak pernah ada campur tangan pemerintah, di mana itu baik. Namun PSSI terlalu
banyak orang berdasi yang disuruh melakukan lemparan ke dalam saja, rematiknya
kambuh. Andai saja kalau liga negara ini bisa mensejahterakan pemain dan klub,
alasan uang mungkin bisa masuk akal ketika banyak konflik di dalamnya. Di saat
gaji para pemain susah dibayar, politik sepak bola kita adalah memberi simpati
kepada rakyat dibandingkan indosat oreo.
- · Pengalihan Isu
Ini adalah sebuah jawaban yang paling disukai
oleh penggemar teori konspirasi. Seperti yang paling terkenal: NASA membuat
suara petir untuk menghalangi suara perang bintang di angkasa. Sementara jika
timnas bisa menang dan angkat juara, media sebagai kitab utama masyarakat akan
fokus memberikan berita kemenangan ini terus menerus dan melupakan isu yang
penting yang setidaknya perlu mendapat perhatian lebih seperti kekasih yang LDRan.
Apa isu-isu yang lagi menghangat dan perlu dialihkan? Pemutaran film Rogue One!
Film ini harus ditonton melebihi apapun yang sedang dikerjakan saat itu juga!
Apalagi pemutaran perdana film ini terpaut satu hari dengan timnas main. Orang
yang bijak akan menonton Rogue One sebelum turun!
- · Parade Kemenangan.
Masih ingat ketika Indonesia mendapat emas di
Olimpiade Rio? Apakah arak-arakan naik bus tingkat tanpa atap terlihat begitu
emosional? Atau justru terbilang begitu berlebihan? Lalu jika timnas menang,
apakah mereka akan diperlakukan hal yang serupa? Mengeliling seluruh pulau di
Indonesia yang belum dicicipi aspal dan tidak berfokus pada ibukota? Lalu satu
dua mulut pemain mengucapkan, "Piala ini untuk bangsa Indonesia,"
padahal dalam hati dia berteriak, "Woi Real Madrid! Kontrak gue, njing!
Gue bisa bawa negara gue juara!"
- · Iklan.
Pemenang Olimpiade Rio kemarin, akhirnya
menjadi iklan minuman berenergi. Juga atlet lain yang berprestasi di kancah
internasional, akan mempunyai slot iklan lima detik. Ketika timnas kali menang,
iklan apakah yang cocok untuk mereka? Apakah iklan kondom karena gawangnya
tidak kebobolan selama final? Iklan minuman berenergi lagi dan nanti mereka
berteriak, "Laki jobless?"? Kenapa mereka mengiklankan minuman
beralkohol dan memukul orang-orang di bar seperti salah satu mantan pemain
timnas itu? Iklan sosis, iklan roti, iklan mie instan atau iklan toko online
yang jelas masyarakat akan bosan melihat wajah-wajah berminyak mereka ini.
- · Thailand pantas menang.
Karena Thailand adalah tuan rumah, jadi mereka
harus menang di kompetisi kali ini. Bukan karena permainan Thailand bagus dan berhasil membungkam Indonesia di laga pertama Ya karena negara Indonesia adalah negara
beradab yang baik dan harus punya rasa sungkan yang tinggi bila mereka harus
menang kompetisi ini bukan di negeri mereka. Mereka harus memberi sedikit penghormatan
untuk Thailand dan cukup menjadi juara dua saja.
Alasan-alasan di atas setidaknya cukup mewakili
bahwa timnas memang tidak diperbolehkan menang. Ada alasan lain seperti;
menjaga kondisi Indonesia agar kondusif dan tidak dipenuhi oleh teriakan selama
pertandingan di luar stadion atau alasan agar bandar judi tidak tekor dan tetap
menjalani bisnisnya untuk membelikan anaknya honda jazz karena kalau tidak
dibelikan si anak mengancam tidak mau masuk sekolah, serta alasan-alasan lain
yang tetap kan menjadi alasan walau apapun alasannya.
Lalu apakah Anda tidak setuju dengan tulisan
ini? Tidak masalah. Penulis masih punya banyak tulisan semacam ini yang akan
terbit dalam bentuk buku di tahun 2017 yang kelak bisa Anda temui di toko buku
seluruh Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar