Sebuah Duka, Sebuah
Tanda Setia, Sebuah Tanda Pengharapan dan Tindakan Untuk Berhenti Menulis.
Manifesto Jacob
Julian.
Terpikir sejak
15-06-2013 – 16-06-2013
Tertulis saat mata
hati tubuh lelah akibat deraan.
Seorang tua, doktor, berkata pada saya, Jacob Julian, 23
tahun, (mantan) penulis, jomblo, ditolak wanita yang sangat dia cintai 3 kali—hai
wanita, kamu sudah buat hattrick di hatiku, kamu menjebol gawang cintaku yang
kau kawal untuk dia yang selalu berada di saat kau rapuh. Aku mungkin
kesebelasan kalah dan terdegradasi ke liga cinta kegelapan tapi aku yakin bursa
transfer musim panas ini kamu akan jadi milikku :’)—bahwa, pohon itu hanya
bergantung pada air di tanah tapi dia bisa besar.
Saya hanya tersenyum dan menjawab, “Kalau saya pohon itu,
saya belum menemukan air tanahnya.”
Doktor itu mengangguk, “Memang. Itu benar. Saya yakin kamu
bakal besar.”
Ya saya besar. Tinggi 172 dengan berat 100kg, saya seperti
beruang aneh yang manja karena kehilangan madu yang dia cintai.
Yang dia cintai lebih mencintai orang yang lebih paham. Di kisah
fiksi, orang yang setia mencintai seseorang yang sudah berada di dalam hatinya
berakhir mati. Semuanya. Saya pun demikian.
Sudah semenjak bulan Maret lalu saya berhenti total untuk menulis.
Menulis apapun walau novel baru saya terbit. Tapi saya selalu bangga dengan
penyematan kata ‘penulis’ di setiap saya ditanyai sedang kerja apa.
Cinta yang saya cintai membuat saya berduka saat saya
menemuinya dan dia tidak mengubah haluan dari mercusuar yang dia agungkan yang
dia sembah. Sedang saya hanya karang kecil yang siap menumbangkan mereka. Saya
bisa saja bunuh dia yang saya cintai atau dia yang dicintai apa yang saya
cintai. Saya ini semacam parasit. Saya adalah reaktor nuklir yang tidak stabil.
Hulu ledaknya sudah diambil dan efek pertama adalah saya kehilangan masa depan
untuk menulis. Ini tulisan pertama saya yang rapi karena tersusun dari serpihan
luka yang dia yang saya cintai perbuat.
Sebuah keputusan sudah saya buat ... bila dia ingin
berbalik, saya akan berada di sisi karang. Setia menunggu. Dia tahu tempatnya. Kalau
dia ingin saya move on, saya tidak bisa karena karang itu terbentuk oleh alam. Alam
terbentuk karena proses jutaan tahun yang sekarang menjadi kecil.
Kembali ke pernyataan filosofi oleh doktor yang saya temui
tadi adalah ... saya berada di tanah kering dan kerontang. Dia yang saya
impikan jadi sebuah mendung yang teduh serta menjadi awan gelap yang terus
mengguyur hujan menyirami tanahku sudah pergi. Saya tidak percaya akan ada awan
yang sama ... tapi saya percaya awan yang sama pasti kembali ke tempat dia lupa
untuk mengeluarkan air mata.
Dia juga berharap saya akan besar. Tapi air semangatnya
sudah dia berikan. Dia berharap bila saya sudah tahu semuanya, saya bisa
bergerak. Tidak ... saya adalah tanaman batu karang yang tak akan bergerak. Dia
harusnya tahu bahwa saya tidak main-main menunggunya. Kurang bukti apalagi?
Sebuah karya bahwa saya benar-benar cinta dia?
Kalau dia ingin saya berkarya, dia bisa menulis di blog nya
hari ini juga kalau dia ingin saya menyatakannya. Tapi kalau dia minta saya
kembali ke masa lalu dan berada saat dia berada dalam kegelapan dan saya tidak
tahu apa-apa karena dia tidak cerita dan tidak mau cerita ... saya akan memaki
langit dan waktu.
Semuanya sudah berakhir.
Manifesto tindakan berhenti menulis sudah dimulai:
MANIFESTO TIDAK
MENULIS!
Biar saja tintaku kering, asal
aku masih menunggumu di sini.
Biar saja ideku terus mengalir
tapi dunia tidak mengetahui, karena aku menunggu kamu. Ya kamu adalah tempat
pertama yang harus tahu ideku semua.
Biar saja saya tidak disebut
penulis lagi, karena ini adalah akuisisi harga diri.
Biar saja saya tidak akan
membaca lagi, karena di saat membaca itu, aku membayangkan kamu dan dia sedang
asyik memadu kasih.
Saya Jacob Julian ... bukan
penulis lagi.
Bila ada yang membaca hal ini dengan sungguh-sungguh, akan
mengerti apa arti kesungguhan itu sendiri dibalik apa yang terakhir
saya tulis.
Buat dia .... Aku masih setia. Kamu tahu aku berada di mana.
Kota negara dunia
ketiga, capai, bau rel kereta api, hutang di sana-sini.
Jacob Julian ....